OpiniUncategorized

Mengatasi Insecure: Strategi Membangun Self-Esteem bagi Generasi Z

Generasi Z tumbuh bersamaan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, teknologi di era globalisasi juga menuntut gen Z untuk mengikuti perkembangan zaman dimana diharuskan untuk up too date dalam menggali suatu informasi.

Bisa dikatakan bahwa gen Z akan sangat bergantung dengan gadget, bahkan mungkin akan kecanduan, rasa ingin mendapat pengakuan dan mempunyai ambisi yang besar adalah ciri dari gen Z.

Gen Z akan lebih senang jika mendapat apresiasi lebih dari masyarakat atas apa yang telah dilakukan, lebih suka dan lebih kreatif untuk membentuk suatu terobosan baru, sehingga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru, disamping kelebihan, generasi Z memiliki kekurangan yakni dianggap kurang mau berproses dan lebih menyukai hal-hal berbau instan.

Aktivitas instan tersebut yang mendorong remaja gen Z lebih menyenangi bersosialisasi di sosial media daripada berinteraksi langsung dengan sesama. Beragam dan cepatnya informasi yang diterima dapat mendorong gen Z membandingkan diri dengan orang lain yang pada akhirnya berpengaruh pada menurunnya rasa percaya diri, Hal tersebut menyebabkan perlunya cara-cara tertentu agar dapat berinteraksi dengan gen Z sesuai dengan karakteristiknya.

Cara-cara yang dapat dilakukan yakni dengan memberinya apresiasi atas pencapaian yang telah diraih, dapat memposisikan diri sebagai teman yang bisa memberi motivasi positif dan membangun agar menjadi lebih percaya diri tanpa harus menjadi orang lain agar diakui, dan untuk mencapai semua itu peran orang tua menjadi sangat penting.[1]

Pada masa pertumbuhannya, gen Z akan mengalami banyak perubahan seperti psikis, gaya hidup, dan kepribadian, dititik ini, gen Z akan memiliki dunianya sendiri dalam ruang lingkup yang akan mempengaruhi perkembangan kepribadian, dimasa ini gen Z akan mempertanyakan pada diri sendiri tentang tujuan hidup atau jati diri, pada tahapan ini gen Z akan lebih sering dihadapkan dengan beberapa permasalahan seperti masalah ekonomi, sosial dan psikologis terkait dengan relasi percintaan maupun persahabatan yang mengarah pada perasaan insecure.

Pesimis, kurang percaya diri, ketakutan yang berlebihan dapat mengarahkan seseorang menjadi insecure. Abraham Maslow mengatakan bahwa orang yang merasa tidak aman dapat dikatakan sebagai insecure.[2] Insecure dapat diartikan dengan rasa tidak aman, gelisah, ketakutan, tidak percaya diri berkepanjangan yang dirasakan oleh seseorang. Adapula beberapa ciri-ciri orang yang insecure antara lain people pleaser, posesif, suka mengatur (bossy), self body shammer, fokus pada kekurangan diri, tidak mau keluar dari zona nyaman, menceritakan prestasi setiap saat dan memamerkan diri secara tersirat.[3]

Insecure berlebih yang dialami individu dapat mengakibatkan kesehatan mental terganggu. Pemahaman yang minim tentang kesehatan mental menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya gangguan fisik dan mental secara signifikan. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa rasa insecure yang tinggi sangat berpotensi menurunkan kondisi seseorang apabila tidak ditindaklanjuti secara cepat.[4]

Remaja yang memiliki perasaan insecure dengan hanya fokus pada kekurangan diri, cenderung nyaman dengan zonanya, cenderung membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, merasa gagal atau ditolak akan mempengaruhi perasaan tentang diri sendiri yang akhirnya merasa tidak bahagia. Ketidakbahagiaan ini akan berdampak pada kondisi self esteem.[5] Mengingat remaja generasi Z adalah penerus pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang idealnya memiliki harga diri atau self esteem tinggi maka diperlukan upaya untuk meminimalkan rasa insecure dengan membangun self esteem generasi Z.

Minimalkan Insecrure Bagun Self-Esteem

Gen Z adalah generasi yang rentan mengalami insecure. Insecure yang dialami oleh gen Z masa kini adalah kurangnya rasa percaya diri dengan kondisi fisik, ekonomi keluarga dan sebagainya. Hal ini dipicu karena gen Z berusaha menyamakan strata sosial di lingkungan tempat tinggal, dalam hal ini gen Z akan menjadi orang lain yang kehilangan dirinya sendiri demi menyamai strata sosial, terkadang tidak diterimanya di masyarakat juga menjadi penyebab munculnya rasa insecure.

Melanie Greenberg, Ph. D menyebutkan tiga penyebab seseorang merasakan insecure, yakni karena adanya kegagalan dan penolakan, adanya kecemasan sosial, didorong oleh perfeksionis dimana masyarakat memiliki standar yang sangat tinggi tentang kondisi ideal seseorang.

Jika seseorang tidak mampu memenuhi standar masyarakat tersebut maka akan memunculkan perasaan tidak nyaman dan mempengaruhi self esteem seseorang akibatnya jika seseorang tidak memiliki semua standar masyarakat tersebut akan memungkinkan munculnya rasa insecure yang tinggi, selanjutnya akan berpersepsi tentang ketidakadilan yang dirasakan, padahal karena adanya perfeksionisme tersebut mendorong seseorang untuk bergaya hidup yang sering kali tidak sesuai kemampuan.[6]

Hal ini mengakibatkan remaja sulit mengenali jati diri dan sangat tertutup, jika masalah ini tidak diberikan penanganan lebih lanjut, maka akan berdampak pada psikis dan kepribadian, dan akan menimbulkan masalah yang lebih serius seperti self esteem yang rendah, trauma bersosialisasi, depresi, dan ketakutan jangka panjang.[7]

Self esteem dapat diartikan sebagai penilaian manusia tentang dirinya sendiri yang meliputi aspek kekuatan, empati, ketaatan dan ambisi. Remaja dengan self esteem yang tinggi akan mempunyai rasa percaya diri yang kuat, dapat bersosialisasi dengan baik, dan akan berpersepsi yang positif ketika mendapat stimulus-stimulus dari orang lain.

Coopersmith juga menambahkan bahwa gen Z dengan self esteem yang tinggi akan mampu menerima fakta sosial. Sementara remaja dengan self esteem yang rendah akan kurang percaya diri dengan kemampuan diri sendiri dan sulit memposisikan diri dalam lingkungan.[8] Self esteem mencerminkan identitas dan membentuk karakter-karakter tersendiri.

Mengingat pentingnya membangun self esteem sebagai upaya mengatasi rasa insecure pada diri gen Z, maka terdapat beberapa hal yang dapat dilatihkan. Pertama, perlunya melatih rasa percaya diri dan mampu memotivasi diri. Kedua, mencari support system yang positif. Ketiga, berlatih untuk berkompromi pada komentar-komentar negatif dengan mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Keempat, self reward dimana remaja mengapresiasi kemajuan diri sendiri dengan memberikan penghargaan pada diri sendiri. Kelima, dilatih untuk berdamai pada kekurangan diri sendiri (self compassion).

Hal ini senada dengan pernyataan bahwa perlunya melatih self compassion atau berdamai dengan menerima kekurangan diri dengan berbicara yang baik dengan diri sendiri.[9] Gen Z berlatih mengafirmasi diri seperti melakukan self talk. Fokus terhadap kemampuan diri sendiri, tanpa membandingkan dengan orang lain, karna setiap orang mempunyai batas kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai firman Allah dalam surah At Tin ayat 4 yang diterjemahkan “Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.[10]

KESIMPULAN

Gen Z adalah generasi yang tumbuh dan berkembang seiring perkembangan teknologi serta dianggap lebih kreatif untuk membentuk suatu terobosan baru. Namun gen Z dianggap kurang mau berproses dan lebih menyukai hal-hal berbau instan, aktivitas instan tersebut yang mendorong gen Z lebih menyenangi bersosialisasi di sosial media daripada berinteraksi langsung dengan sesama.

Beragam dan cepatnya informasi yang diterima dapat menjadikan  kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain yang pada akhirnya berpengaruh pada menurunnya rasa percaya diri.

Gen Z yang memiliki perasaan insecure dengan hanya fokus pada kekurangan diri, cenderung nyaman dengan zonanya, cenderung membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, merasa gagal atau ditolak akan mempengaruhi perasaan tentang diri sendiri yang akhirnya merasa tidak bahagia.

Ketidakbahagiaan ini akan berdampak pada kondisi self esteem. Mengingat gen Z adalah penerus pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang idealnya memiliki self esteem tinggi maka diperlukan upaya untuk meminimalkan rasa insecure dengan membangun self esteem gen Z.

Berikut upaya membangun self esteem sebagai upaya mengatasi rasa insecure pada diri generasi Z, dilatih rasa percaya diri dan mampu memotivasi diri, mencari support system yang positif, berlatih untuk berkompromi pada komentar-komentar negatif dengan mengambil hikmah dari setiap peristiwa, self reward, dilatih untuk berdamai pada kekurangan diri sendiri (self compassion).(*)

Penulis: Khofiyatun Khofifah (Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam STAI ATTANWIR Bojonegoro)

===============================================================

[1]Ike Agustina. Memahami Generasi Z Lebih Dekat. https://pbi.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Presentasi-Materi-Generasi-Z-PBI-UII-Vian-Ike.pdf , diakses pada tanggal 15 Juni 2022

[2] Ahmad. 2021. 8 Tanda Seseorang Mengalami Insecure Berlebihan. https://www.gramedia.com/best-seller/tanda-mengalami-insecure/. Diakses pada tanggal 16 Juni 2022

[3] Ibid

[4] Nova, M., dkk. 2021. Fenomena Insecure pada Remaja di Era Pandemic Covid19: Studi Literature. JIK: Jurnal Ilmu Kesehatan UMC. Vol 10 No 2. https://ojs3.umc.ac.id/index.php/JIK/article/download/2565/1507, diakses pada tanggal 16 Juni 2022

[5] … 2020. Insecure: Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara Mengatasinya. UNTAR Fakultas Psikologi. http://fp.untar.ac.id/fakultas/beritadetail/2679. Diakses tanggal 16 Juni 2022

[6] Alya Fahrizatula. Dampak dan Akibat Insecure pada Generasi Z. https://www.kompasiana.com/alyafahrizatula2359/615464e6010190a73483b92/dampak-dan-akibat-insecure-pada-generasi-z. Diakses tanggal 15 Juni 2022

[7] Madarina, A. 2020. Memahami Apa Insecure Beserta Penyebabnya. https://www.sehatq.com/artikel/memahami-apa-itu-insecure-berserta-gejalanya. Diakses 15 Juni 2020

[8]http://etheses.uin-malang.ac.id/2276/6/08410056_Bab_2_pdf, diakses pada 15 Juni 2022

[9] Florencia, G. 2020. Ini yang Akan Terjadi Ketika Merasa Insecure. https://www.halodoc.com/ini-yang-akan-terjadi-ketika-merasa-insecure, diakses pada 16 Juni 2022

[10] Alquran karim

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close